Senin, 14 Juni 2010

St. THOMAS AQUINAS

Jauh sebelum munculnya Positivisme Logis, salah seorang filosof Barat yang dikenal religius adalah Thomas Aquinas Dia menentangpemikiran Barat yang menyangkal metafisika. Konsep metafisika Thomas tentangEssentia dan Existentia memiliki kesamaan dengan konsep metafisika al-Haqq al-Awwal/ al-Haqq al-Wahid filosof Muslim Al-Kindi (801-860 M). Meskipun dia tidak secara eksplisit mengungkapkan pengaruh filosof muslim terhadap pemikirannya, namun dengan banyaknya kesamaan pemikirannya dengan
pemikiran filosof muslim, terutama al-Kindi dan al-Farabi, ada kemungkinan

Thomas Aquinas terpengaruh dengan pemikiran filosof muslim, mengingat dia
dilahirkan di Italia dan belajar di Universitas Paris. Dari sejarah kita ketahui bahwa Ilmuan dan Pendeta di sekitar Eropa, termasuk Paris belajar di Universitas Cordoba yang didirikan oleh Al-Hakam II (350-366 H/961-976 M), khalifah yang berkuasa di Spanyol, menggantikan posisi ayahnya, Abdurrahman III (300-350 H/912-961 M) yang menyempurnakan fungsi Masjid Agung Cordova. Universitas Cordoba mampu menyaingi Universitas Al-Azhar di Mesir dan Madrasah Nidzamiyah di Baghdad pada masa itu. Melalui ketiga universitas tersebut muncul ilmuan dan filosof yang merobah wajah dunia dikemudian hari. Thomas Aquinas (1224-1274 M) adalah salah seorang filosof Barat yang berpegang teguh pada keimanannya, disaat banyak serangan para ilmuwan Barat yang tidak mengakui “ada” yang tak terlihat oleh panca indera (metafisika). Dia justru membela dan memberikan argumentasi tentang “Ada” tsb.

Para ahli sejarah filsafat sepakat mengatakan bahwa filsafat Abad Pertengahan memuncak pada masa St.Thomas Aquinas. Thomas mendasarkan filsafatnya pada prinsip-prinsip Aristotelisme. Thomas menerjemahkan tulisan Aristoteles dalam bahasa Yunani ke bahasa latin secara langsung, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kesan bahwa filsafatnya terpengaruh oleh para filosof islam dalam memahami karya-karya filosof yunani.karena memang pada sebelumnya karya-karya para filosof yunani telah diterjemahkan kedalam bahsa arab oleh para filosof muslim.



A. Biografi Singkat Thomas Aquinas

St. Thomas Aquinas atau Thomas dari Aquino (1224-1274 M) lahir di RoccaSicca, dekat Napels, Italia. Lahir dari suatu keluarga bangsawan. Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino dan ibunya bernama Countess Teodora Carracciolo. Kedua orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang saleh. Itulah sebabnya anaknya, Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara Benedictus di Monte Cassino untuk dibina agar kelak menjadi seorang biarawan Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples. Di sana ia belajar mengenai kesenian dan filsafat (1239-1244). Selama di sana, ia mulai tertarik pada pekerjaan kerasulan gereja, dan ia berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperanan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga orang tuanya menyerah kepada keinginan anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.
Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas Paris, sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245 - 1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada tahun 1248 - 1252.
Pada tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Universitas Paris. Ia juga menerima gelar Doktor dalam teologi dari universitas tersebut dan mengajar di sana sampai tahun 1259
Kecakapan Thomas sangat terkenal sehingga ia ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269, Thomas dipanggil kembali ke Paris. Ia hanya tiga tahun berada di sana karena pada tahun 1272 ia ditugaskan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.
Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus (memberinya gelar Santo) pada tahun 1323

B. Ajaran Thomas Aquinas

1. Tentang Tuhan

Filsafat Thomas erat kaitannya dengan teologia. Sekalipun demikian pada dasarnya filsafatnya dapat dipandang sebagai suatu filsafat kodrati yang murni., sebab ia tahu benar akan tuntuan penelitian kebenaran, dan secara jujur mengakui bahwa pengetahuan insani dapat diandalkan juga.

Ditegaskan secara mutlak bahwa Tuhan bukan sekedar wujud lain seperti diri kita sendiri. Definisi Tuhan sebagai wujud itu sendiri sudah memadai , karena tidak merujuk pada bentuk tertentu kecuali wujud itu sendiri (esse seipsum).

Thomas dalam bukunya Summa Theologiae, menciptakan lima dalil eksistensi Tuhan yang akan menjadi sangat penting di dunia Katolik dan juga Protestan,kelima dalil ini berdasar pada prinsip gerak, cause eficien, yang pasti dan yang mungkin, tingkat-tingkat wujud, dan causa finalis. Dan lima dalil tersebut adalah:

a. Argumen Aristoteles tentang Penggerak yang tidak digerakkan.
b. Argumen sebab pertama, yang bersandar pada kemustahilan regresi yang tak berhingga.
c. Argumen tentang sifat ketergantungan yang mengharuskan adanya satu wujud wajib, seperti yang diuraikan Ibnu Sina.
d. Argumen aristoteles yang menyatakan bahwa hierarki kesempurnaan di dunia ini mengimplikasikan adanya kesempurnaan yang paling sempurna diatas segalanya.
e. Argumen tentang rancangan alam, keteraturan dan adanya tujuan dalam apa yang kita lihat di alam semesta tidak mungkin hanya merupakan hasil dari kebetulan.

Kelima dalil ini menurut Karen Armstrong tidak bisa dipertahankan lagi pada masa sekarang. Dalam pandangan Thomas seakan-akan Tuhan sekadar merupakan wujud tertinggi dari semua wujud lain. Ini bersifat reduktif dan bisa membuat Wujud Super ini menjadi berhala. Dan barangkali bukan tidak tepat jika mengatakan bahwa orang-orang di barat memandang Tuhan sebagai Wujud yang seperti ini.


.2. Essentia dan Existentia

Ajaran Thomas Aquinas yang terkenal diantaranya tentang essentia dan existentia, yang dikaitkannya dengan Tuhan. Tuhan adalah aktus yang paling umum, actus purus (aktus murni), artinya Tuhan sempurna keberadaannya, tidak berkembang, karena pada Tuhan tiada potensi. Di dalam Tuhan segala sesuatu telah sampai pada perealisasiannya yang sempurna. Tuhan adalah aktualitas semata-mata, oleh karena itu pada Tuhan hakikat (essentia) dan keberadaan (existentia) ada sama dan satu (identik). Hal ini tidak berlaku bagi makhluk.
Keberadaan makhluk adalah sesuatu yang ditambahkan pada hakikatnya.

Dia membela hak-hak akal dan mempertahankan kebebasan akal dalam bidangnya sendiri. Wahyu menurutnya berwibawa juga dalam bidangnya sendiri. Disamping memberi kebenaran alamiah, wahyu juga memberi kebenaran yang adikodrati, memberi misteri atau
hal-hal yang bersifat rahasia, seperti: kebenaran tentang trinitas, inkarnasi, sakramen (karena beberapa hal tersebut tidak bisa dibuktikan oleh akal). Untuk ini diperlukan iman. Iman sendiri adalah suatu cara tertentu guna mencapai pengetahuan, yaitu pengetahuan yang mengatasi akal, pengetahuan yang tidak dapat ditembus akal. Iman adalah suatu penerimaan atas dasar wibawaAllah. Sekalipun misteri mengatasi akal, namun tidak bertentangan dengan akal,tidak anti akal. Sekalipun akal tidak dapat menemukan misteri, akan tetapi akal dapat meratakan jalan menuju kepada misteri (prae ambula fidei). Dengan demikian, Thomas Aquinas menyimpulkan bahwa ada dua macam pengetahuan yang tidak saling bertentangan, tetapi berdiri sendiri-sendiri secara berdampingan, yaitu: pengetahuan alamiah, yang berpangkal pada akal yang terang serta memiliki hal-hal yang bersifat insani umum sebagai sasarannya, dan pengetahuan iman, yang berpangkal dari wahyu dan memiliki kebenaran ilahi, yang ada di dalam Kitab Suci, sebagai sasarannya.

Perbedaan antara pengetahuan yang diperoleh melalui akal dan pengetahuan iman itu menentukan hubungan antara filsafat dan teologia. Filsafat bekerja atas dasar terang yang bersifat alamiah semata-mata, yang datang dariakal manusia. Oleh karena itu filsafat adalah ilmu pengetahuan insani yang bersifat umum, yang hasil pemikirannya diterima oleh tiap orang yang berakal. Akal membimbing manusia untuk mengenal kebenaran di kawasan alamiah, sehingga manusia dapat naik dari hal-hal yang bersifat inderawi ke hal-hal yang
bersifat non-inderawi, naik dari hal-hal yang bersifat rohani, dari hal-hal yang serba terbatas ke hal-hal yang tidak terbatas. Teologia sebaliknya memerlukan wahyu, yang memberikan kebenaran-kebenaran yang mengatasi segala yang bersifat alamiah karena teologia memiliki kebenaran-kebenaran ilahi sebagai sasarannya. Kebenaran-kebenaran ilahi hanya bisa diperoleh melalui wahyu, yang ditulis di dalam Kitab suci.

Sekalipun demikian, ada bidang-bidang yang dimiliki bersama, baik oleh filsafat maupun oleh teologia. Umpamanya pengetahuan tentang Allah dan Jiwa. Baik filsafat maupun teologia keduanya dapat mengadakan penelitian sesuain dengan kecakapan masing-masing. Sebaliknya, ada bidang-bidang yang samasekali berada di luar jangkauan masing-masing, umpamanya: filsafat hanya dapat menjangkau hal-hal di kawasan alam, sedangkan misteri berada di luar jangkauannya, karena misteri hanya dapat di dekati dengan iman. Dengan demikian, hubungan antara filsafat dan teologia menurut Thomas, filsafat dan
teologia adalah laksana dua lingkaran, meskipun yang satu berada di luar yang lain, namun bagian tepinya ada yang bersentuhan. Disini terlihat bahwa Thomas Aquinas mempersatukan
unsur-unsur pemikiran Augustinus-Neoplatonisme dengan unsur-unsur pemikiran Aristoteles, sedemikian rupa sehingga menjadisuatu sintesa yang belum pernah ada.

3. Penciptaan

Pemikiran filsafat Thomas tentang penciptaan juga suatu pemikiran yang penting. Pemikirannya tersebut pada dasarnya adalah ajaran Augustinus- Neoplatonisme, yaitu ajaran tentang partisipasi. Segala makhluk berpartisipasi dalam keadaan Allah, atau mendapat bagian dari “ada” Allah. Hal ini disebabkan bukan karena emanasi seperti yang diajarkan Neoplatonisme, melainkan karena karya penciptaan Allah. Allah menciptakan dari “yang tidak ada” (ex nihilo). Sebelum dunia diciptakan tidak ada apa-apa, pendapat ini berbeda dengan pemikiran para filosof yunani. Sehingga juga tidak ada dualisme yang asasi antara Allah dan benda, antara yang baik dan yang jahat. Segala sesuatu dihasilkan Allah dengan penciptaan. Oleh karena itu, segala sesuatu berpartisipasi atau mendapat bagian dari kebaikan Allah, sekalipun cara makhluk memiliki kebaikan itu berbeda dengan cara Allah.

Selanjutnya harus diperhatikan bahwa menurut Thomas penciptaan bukanlah suatu perbuatan pada suatu saat tertentu, dan setelah itu dunia dibiarkan pada nasibnya sendiri. Penciptaan adalah suatu perbuatan Allah yang terus menerus, melalui penciptaan itu Allah terus menerus menghasilkan dan memelihara segala yang bersifat sementara. Dengan demikian, dari kekekalan Allah menciptakan jagat raya dan waktu. Segala sesuatu diciptakan sesuai dengan bentuknya atau ideanya yang berada di dalam roh Allah. Idea-idea itu bukan
berada di luar Allah, akan tetapi identik dengan Dia, satu dengan hakekat-Nya. Ini berarti bahwa dunia ada awalnya. Pemikirannya ini jelas sekali pengaruh pemikiran Neo-Platonisme dan Al-Farabi dengan filsafat emanasinya. Dikarenakan jagad raya diciptakan Allah, maka jagad raya bukan Allah, meskipun memang mendapat bagian dari “ada” Allah. Partisipasi ini bukan secara kuantitatif, artinya: bukan seolah-olah tiap makhluk mewakili sebagian kecil
tabiat ilahi. Bahwa makhluk berpartisipasi dengan Allah berarti ada sekedar analogia, sekedar kesamaan atau kiasan antara Allah dan makhluk-Nya. Allah memberikan kebaikan-Nya juga kepada makhluk-Nya. Analogi atau kesamaan ini bukan hanya menunjuk kepada kesamaannya, tetapi juga kepada perbedaannya, artinya: sekalipun ada kesamaan, tetapi ada juga perbedaanya dalam cara beradanya. Analogia ini bukan mengenai perkara-perkara yang sampingan, akan tetapi mengenai perkara yang paling hakiki, yaitu mengenai “ada”nya Allah dan “ada”nya makhluk (analogia entis). Analogia ini di satu pihak menunjuk kepada adanya jarak yang tak terhingga antara Allah dan makhluk, tetapi di lain pihakpara makhluk itu sekedar menampakkan kesamaannya juga dengan Allah


4. Jiwa

Pandangan Thomas tentang jiwa sangat sederhana. Menurutnya, jiwa dan raga memiliki hubungan yang pasti, raga menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form. atau sebagai aktus dan potensi atau bisa juga dikatakan sebagai perealisasian dari bakat. Jiwa bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri seperti yang diajarkan oleh Plato. Terhadap tubuh, jiwa merupakan bentuk atau aktus atau perealisasiannya, karena jiwa adalah daya gerak yang menjadikan tubuh sebagai materi, atau sebagai potensi, menjadi realitas. Jiwalah yang memberikan perwujudan kepada tubuh sebagai materi. Dengan demikian, praeksistensi ditolak oleh Thomas. Akan tetapi jiwa dianggap tidak dapat binasa bersamaan dengan tubuh, jiwa tidak dapat mati.

Bagi Thomas, tiap perbuatan (juga berpikir dan berkehendak) adalah suatu perbuatan segenap pribadi manusia, perbuatan “aku”, yaitu jiwa dan tubuh sebagai kesatuan. Jadi bukan akalku berpikir, atau mataku melihat dsb, akan tetapi aku berpikir, aku melihat, dsb. Kesatuan manusia ini mengandaikan bahwa tubuh manusia hanya dijiwai oleh satu bentuk saja, bentuk rohani, yang sekaligus juga membentuk hidup lahiriah dan batiniah. Jadi, jiwa adalah bersatu dengan tubuh dan menjiwai tubuh.

Jiwa memiliki lima daya, yaitu:

a. Daya jiwa vegetatif, yaitu yang bersangkutan dengan pergantian zat dan pembiakan.
b. Daya jiwa yang sensitif, daya jiwani yang berkaitan dengan keinginan
c. Daya jiwa yang menggerakkan
d. Daya jiwa untuk memikir
e. Daya jiwa untuk mengenal

Daya untuk memikir dan mengenal terdiri dari akal dan kehendak. Akal adalah daya yang tertinggi dan termulia, yang lebih penting daripada kehendak, karena yang benar adalah lebih tinggi daripada yang baik. Mengenal adalah suatu perbuatan yang lebih sempurna daripada menghendaki.

Pandangan Thomas tentang pengenalan berkaitan erat dengan pandangannya tentang hubungan antara jiwa dan tubuh. Pada dirinya jiwa bersifat pasif, baik dalam pengenalan inderawi maupun dalam pengenalan akali. Daya-daya penginderaan (tenaga untuk melihat, mendengar, dll) ditentukan oleh benda-benda yang ada di luar. Yang menjadi pelaku atau subyek dalam pengenalan adalah kesatuan jiwa dan tubuh yang berdiri sendiri. Akal pada dirinya hanyalahseperti sehelai kertas yang belum ditulis, yang tidak memiliki idea-idea sebagaibawaannya dan tidak menghasilkan sasaran pengenalannya.

Akal hanya menerima sasaran pengenalannyan dari luar. Oleh karena itu, pengenalan akali atau pengenalan yang diperoleh dengan akal, menurut isinya, seluruhnya tergantung kepada indera. Pengenalan berpangkal dari pengalaman. Adapun yang menjadi sasaran akal adalah hakekat benda-benda berjasad. Indera memberikan gambarangambaran dari sasaran yang diamati. Gambaran-gambaran itu secara potensial memiliki hakekat benda yang diamati. Dengan abstraksi jiwa menarik hakikat benda-benda yang diamati tadi dari gambaran-gambaran yang diberikan oleh pengamatan inderawi. Hakekat itu dirobah menjadi suatu bentuk yang dapat dikenal. Pengetahuan terjadi kalau akal telah mengambil bentuk itu dan mengungkapkannya. Jadi, didalam pengenalan akal tergantung kepada bendabenda yang diamati indera.

Dalam pengenalan akali ini tidak diperlukan penerangan khusus dari Allah, karena yang dimiliki akal sudah cukup untuk dijadikan alat guna mendapatkan pengetahuan dan memberi jaminan subjektif bagi kepastian pengetahuan itu. Mengenai jaminan kepastian yang bersifat objektif dikatakan, bahwa hal itu tergantung dari hakikat obyek yang dikenal itu sendiri, artinya: tergantung dari idea ilahi sendiri.

Dengan mengikuti ajaran Kristen, Thomas berpendapat bahwa jiwa akan hidup kembali setelah kematiannya dan ia akan disatukan dengan jasad. Dan ini sama dengan teori Al- Ghazali.


5. Etika Teologis

Etika Aquinas disesuaikan dengan ajarannya tentang manusia. Moral, baik yang berlaku bagi perorangan, maupun yang berlaku bagi masyarakat, diturunkan dari cahaya manusia diciptakan oleh Allah, atau diturunkan dari tabiat manusia. Hal ini dikarenakan manusia menurut tabiatnya, adalah makhluk sosial. Dalam menguraikan etika, Thomas tidak memakai metode deduksi sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sezamannya. Dia menggunakan metode induktif, yaitu dengan menyesuaikan etikanya dengan kenyataan hidup.

Etika Thomas Aquinas berkaitan dengan iman kepercayaan kepada Allah pencipta.
Dalam arti ini, etika Aquinas memiliki unsur teologis. Namun, unsur itu tidak menghilangkan cirinya yang khas filosofis bahwa etika itu memungkinkan orang menemukan garis hidup yang masuk akal.

Tujuan terakhir hidup perorangan adalah memandang Allah. Berdasarkan tujuan terakhir hidup manusia ini, hidup perorangan diarahkan ke situ, dan seluruh masyarakat harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia. Dengan demikian seluruh masyarakat akan membantu orang menaklukkan nafsu-nafsunya kepada akal dan kehendak.

Menurut Aquinas, sebenarnya segala nafsu baik. Akan tetapi, nafsu-nafsu itu dapat menjadi jahat ketika nafsu-nafsu itu melanggar kawasan masing-masing dan tidak mendukung akal dan kehendak. Jika demikian, nafsu-nafsu itu lalu menyimpang dari arahnya yang asasi. Jadi, sebenarnya arah perbuatan kesusilaan bukanlah untuk mematikan nafsu, tetapi untuk mengaturnya, sehingga nafsu-nafsu itu turut membantu manusia dalam upaya merealisasikan tugas terakhir hidupnya. Tentu saja tetap masih ada kemungkinan terjadinya hal-hal yang jahat.

Bagaimanapun kejahatan tidak berada sebagai kekuatan yang berdiri sendiri, tidak
diciptakan Allah. Kejahatan berada dimana tiada kebaikan. Akal merupakan norma perbuatan manusia. Oleh sebab itu, kebaikan merupakan perbuatan yang telah dipertimbangkan melalui akal. Akal adalah pencerminan Akal Ilahi. Dari akal itu diturunkan kebajikan akali. Didalam etika sosial diajarkan bahwa negara adalah bentuk hidup yang tertinggi di kawasan segala sesuatu yang bersifat kodrati. Menurut tabiatnya manusia dikaitkan dengan hidup bersama di dalam masyarakat dan negara. Bentuk yang paling sederhana dari hidup bersama yang kodrati itu terdapat pada keluarga. Oleh karena itu, keluarga menjadi sel organisme masyarakat.

Keunggulan Etika Thomas dibandingkan dengan etika teolog lainnya terlihat pada pandangannya etika peraturan. Kebanyakan etika yang mendasarkan kewajiban moral manusia kepada kehendak Tuhan bersifat etika peraturan yang diberikan Tuhan dan karena itu harus ditaati oleh manusia. Meskipun tidak salah, pola etika peraturan itu tidak dapat menjawab pertanyaan mengapa peraturan itu diterapkan? Jadi, ada defisit dalam rasionalitas. Orang dewasa mau saja taat pada peraturan, tetapi ia ingin tahu mengapa peraturan itu dibuat. Peraturan itu dibuat oleh yang berwenang, tidaklah membuatnya rasional. Selain itu, etika peraturan mereduksi sikap moral manusia pada pertanyaan ”boleh atau tidak boleh?”
pertanyaan itu tidak memberi ruang kepada salah satu faham moral yang paling penting dan paling dibutuhkan pada zaman pasca tradisional, yaitu tanggungjawab. Thomas mengatasi kelemahan itu, karena hukum abadi yang diperintahkan oleh Tuhan adalah pengembangan dan penyempurnaan manusia sendiri. Jadi, ada rasionalitas internal hidup menurut hukum kodrat, hanya memenuhi perintah Tuhan yang memang sesuai dengan dinamika intenal manusia sendiri. Dengan demikian, manusia menemukan diri menjadi nyata. Ketakwaan
dan kebijaksanaan menyatu takwa karena taat kepada Tuhan, bijaksana karena memang demi keutuhan manusia sendiri. Taat kepada Allah secara intrinsic menjadikan manusia bahagia karena dengan demikian ia menemukan kesempurnaan. Berbeda dengan etika Kant yang mereduksi moralitas pada kewajiban.

Etika Thomas berkaitan dengan desakan dasar hati manusia ke arah kebahagiaan. Setiap orang ingin bahagia. Keinginan itu yang terlaksana melaluietika hukum kodrat. Dengan demikian, Thomas mempertahankan faham Yunani yang mengatakan bahwa etika mengajarkan seni hidup. Seni hidup dalam arti bahwa orang yang mengikuti tuntutan etika menjadi semakin pandai atau bijaksana dalam cara mengurus gaya hidupnya dengan sedemikian rupa. Sehingga terasa lebih berkualitas, bermakna dan lebih maju. Aspek inilah yang tidak ada pada pola etika kewajiban sebagaimana dicanangkan oleh Kant. Thomas Aquinas tidak memisahkan antara ketakwaan dan kebijaksanaan, begitu pula antara keutamaan moral dan kebijaksanaan. Dalam kerangka teori hukum kodrat, orang bijaksana
akan hidup lebih baik, karena itulah yang paling membahagiakan dan memang itulah yang dikehendaki Tuhan pencipta.

Filsafat Etika Thomas aquinas memiliki rasionalitas tinggi. Disamping itu pula hukum kodrat mempunyai sifat yang universal karena meskipun acuan kepada Allah pencipta bersifat teologis, dalam strukturnya sendiri etika ini tidak berdasarkan iman kepercayaan atau agama tertentu. Etika hukum kodrat terbuka bagi siapa saja mengembangkan potensi-potensinya, menyempurnakan diri secara utuh, mengusahakan identitasnya, semua itu merupakan tujuan yang masuk akal.

Menurut Thomas, manusia memilih antara baik dan buruk. Perbuatan baik mengarahkan kepada tujuan akhir. Perbuatan buruk akan menjauhkan daripada-Nya. Kebebasan itu padanan dari akal budi. Sebagaimana akal budi merupakan kemampuan kognitif manusia yang terbuka kepada yang tak terhingga, begitu pula kehendak adalah dorongan manusia yang mengarah kepada yang baik, yaitu nilai yang tak terhingga.

Thomas aquinas membedakan antara dua macam kegiatan manusia, yaitu kegiatan manusiawi dan kegiatan manusia. Kegiatan manusia adalah segala macam gerak, perkembangan dan perubahan pada manusia yang tidak disengaja, yang murni vegetatif atau sensitif dan instingtif. Kegiatan ini di luar kuasa manusia, tidak perlu dipertanggungjawabkan, itu berarti kegiatan pada manusia itu tidak mempunyai kualitas moral mereka bukan baik atau buruk. Kegiatan manusia justru tidak khas manusia, melainkan juga ada pada binatang dan sebagian juga pada tumbuhan. Kegiatan yang khas bagi manusia disebut kegiatan manusiawi, yaitu kegiatan sebagai manusia yang tidak ada organisme lain. Itulah kegiatan yang disengaja, tindakan dalam arti yang sebenarnya. Tindakan itu dikuasai. Berarti berlaku dengan bebas karena kita menentukan diri sendiri. Atas tindakan tersebut, maka kita bertanggungjawab. Karena itu, tindakan menentukan kualitas moral manusia. Tindakan baik, berarti manusia baik, tindakan buruk berarti manusia jahat. Apakah manusia mendekati tujuan akhir atau tidak adalah tanggungjawab manusia itu sendiri. Ia wajib bertindak ke arah yang baik dan tidak bertindak ke arah yang jahat.

Perintah moral paling dasar menurut Thomas Aquinas adalah: “lakukanlah yang baik, jangan melakukan yang salah. Yang baik adalah tujuan terakhir manusia, yang buruk adalah apa yang tidak sesuai. Tindakan ini didahului oleh pengertian bahwa sesudah mengetahui yang baik, kita wajib menghendaki melakukan. Begitu pula, kita wajib menghindari apa yang kita ketahui sebagai yang jahat.

Kemantapan dalam berbuat baik dan menolak yang jahat disebut keutamaan. Thomas mengambil faham keutamaan dari Aristoteles. Keutamaan merupakan sikap hati yang sudah mantap, seakan-akan diandalkan. Sikap pada kebiasaan hati itu terbentuk karena tindakan. Manusia diharapkan mengusahakan keutamaan agar ia dengan mudah dapat bertindak sesuai dengan apa yang disadarinya dengan baik, agar kehendak, bagian dari jiwa yang menuju baik semakin terarah kepada apa yang diketahui dengan baik, yang sesuai dengan akal budi. Sebagaimana bagi Aristoteles begitu juga bagi Thomas, keutamaan pada umumnya merupakan sikap yang ditengah. Artinya keutamaan berada diantara dua sikap yang ekstrim yang kedua-duanya buruk (kebijaksanaan, misalnya,terletak diantara kebodohan dan sikap berhati-hati yang berlebihan).

C. Pandangan filosof Modern tentang Filsafat St. Thomas Aquinas

Dalam bukunya Sejarah Filsafat Barat, Bertrand Russel mengatakan bahwa hanya ada sedikit semangat filosofis yang sejati pada diri Thomas Aquinas. Thomas, sebagaimana Sokrates Platonis, tidak mengikuti kemana suatu argument akan mengarah. Ia tidak terlibat dalam penyelidikan, hasilnya tidak mungkin diketahui sebelumnya. Sebelum ia mulai berfilsafat, ia sudah mengetahui yang ai yakini benar. Kebenaran itu dinyatakan dalam agam katholik. Jika ia bisa menemukan argument-argumen yang nampaknya rasional untuk sebagia dogma agama, ia memang sudah tahu banyak. Jika tidak ia hanya perlu kembali pada wahyu. Penemuan aegumen untuk sebuah kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya bukanlah disebut filsafat, tapi sebuah pembelaan khusus. Oleh karena itu, Thomas menurut Russel tidak mampu disejajarkan dengan filosof-filosof terbaik.
Selain itu Karen Armstrong juga mengatakan bahwa teori- teori yang dikemukakan Thomas sudah tidak relevan dan tidak bisa dipertahankan lagi pada masa sekarang, sebagaimana penulis jelaskan dalam pembahasan tentang Tuhan.

Tapi terlepas dari semua itu St. Thomas Aquinas layak diperhitungkan dalam ilmu filsafat, terutama filsafat ketuhanan Katholik, yang menjadi pengantar filsafat skolastik menuju masa keemasan.


DAFTAR PUSTAKA


Armstrong. Karen, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan oleh Orang-Orang Yahudi, Kristen, dan Islam selama 4000 tahun, Bandung: Mizan, 2001.

Hadiwijono.Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Hanafi. Hasan, Oksidentalisme: Sikap Kita terhadap Tradisi Barat. Jakarta: Paramadina, 2000.

Russel. Bertrand, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Sutrisno.Mudji, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2005.

Tafsir. Ahmad, Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Titus, Nolan, Smith, Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Pengertian Administrasi Bimbingan dan Penyuluhan.

Sebelum menginjak pada pengertian administrasi bimbingan dan penyuluhan, maka kami akan memaparkan dahulu mengenai pengertian administrasi, administrasi adalah proses keseluruhan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Sedangkan pengertian bimbingan dan penyuluhan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematis guna membantu pertumbuhan anak muda(siswa) atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat.(Lefever,1959).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Administrasi Bimbingan dan Penyuluhan adalah proses keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, serta pengevaluasian dalam penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

B. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan

1. Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan.

Ditinjau dari segi sifatnya, bimbingan dan penyuluhan dapat berfungsi:

a. Pencegahan

Artinya bimbingan dan penyuluhan merupakan suatu usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.

b. Pemahaman

Yang dimaksud disini adalah bimbingan dan penyuluhan akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai keperluan pengembangan siswa.

c. Perbaikan

Bimbingan dan penyuluhan akan menghasilkan terpecahkannya berbagai permasalahan yang dialami siswa.

d. Pemeliharaan dan Pengembangan

Bimbingan dan penyuluhan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.

2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan

Tujuan umum dari bimbingan dan penyuluhan adalah sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 1994:5).

Secara khusus bimbingan dan penyuluhan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribad-sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi –sosiak dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

C. Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan

Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan prnyuluhan diperlukan adanya organisasi yang melip[ti segenap unsur sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah sebagai penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang dipimpinnya.

2. Koordinator BP

Koordinator BP adalah sebagai pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

3. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan.

4. Wali Kelas

Wali kelas adalah yang bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan penyuluhan di kelasnya.

5. Siswa

Siswa adalah peserta yang berhak mendapat pengajaran, latihan, dan pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

6. Tata Usaha

Tata usaha adalah sebagai pembantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan administrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan penyuluhan.

7. Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan

BP3 adalah organisasi orang tua siswa yang berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan

D. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan kepala sekolah dalam pembinaan siswa di sekolah diperlukan adanya kerjasama semua personel sekolah.

1. Guru Mata Pelajaran

Membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi:

1. Daftar nilai siswa

2. Laporan observasi siswa

2. Wali Kelas

Membantu mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data yang meliputi:

  1. Daftar nilai
  2. Angket siswa
  3. Angket orang tua
  4. Laporan observasi siswa
  5. Catatan home visit
  6. Catatan wawancara

3. Guru Pembimbing

Memberikan layanan informasi pada siswa , juga sebagai sumber data yang meliputi:

  1. Kartu akademis
  2. Catatan penyuluhan
  3. Data psikotes
  4. Catatan konferensi kasus

4. Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah perlu mengetahui dan mamariksa semua kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru pembimbing.